PENGARUH ALIRAN CASH FLOW DI INDONESIA TERHADAP NILAI PERTUKARAN RUPIAH DAN USD
Akhir-akhir ini nilai tukar Rupiah cenderung melemah. Hal yang sama juga
dialami oleh mata uang beberapa negara emerging markets (negara
berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat) lainnya.
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Melemah?
Pelemahan rupiah terjadi karena beberapa faktor eksternal selain faktor
internal, seperti defisit neraca transaksi berjalan. Banyak pengaruhnya dari
faktor eksternal, contohnya rencana AS untuk mengurangi stimulus moneter dan
kondisi harga-harga komoditi yang masih terkoreksi di 2013, serta penurunan
hasil ekspor Indonesia. Selain itu, menurunnya pergerakan rupiah lebih didukung
kecenderungan melambatnya ekonomi negara-negara berkembang, seperti China dan
India. Sedangkan dengan negara-negara maju terjadi pemulihan ekonomi.
Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh hubungan penawaran-permintaan
(supply-demand) atas mata uang. Jika permintaan atas sebuah mata uang
meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata
uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara
permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah.
Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran atasnya tinggi, sementara
permintaan atasnya rendah.
Faktor yang menyebabkan penawaran atas rupiah tinggi, sementara atasnya rendah adalah keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio asing ini akan menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Maka akan terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah.
Faktor yang menyebabkan penawaran atas rupiah tinggi, sementara atasnya rendah adalah keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio asing ini akan menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Maka akan terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah.
Kenapa investasi portofolio asing ini keluar dari Indonesia? Alasan yang
sering disebut adalah karena rencana the Fed (bank sentral AS) untuk
mengurangi Quantitative Easing (QE
Menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini juga berkaitan
dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Sementara melemahnya rupiah dipengaruhi oleh ketidakpastian pemerintah
menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Apabila harga BBM naik
otomatis inflasi naik dan suku bunga negatif akhirnya investor cabut. Dari sisi
kurs anjlok otomatis investor akan rugi sehingga mereka harus menarik diri dari
pasar modal. melemahnya pasar modal Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dampak Melemahnya Rupiah
Dinamika ekspor-impor memang berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor
meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor,
biasanya terjadi pertukaran mata uang negara tujuan, dengan mata uang negara
eksportir. Pertukaran ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir
ekspor dalam bentuk mata uang negerinya agar bisa terpakai dalam usahanya.
Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena
dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata
uang negara asal. Karena akhir-akhir ini, impor Indonesia lebih besar daripada
ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah.
Banyak pihak yang terpukul atas meningkatnya komoditi ekspor di Indonesia,
Pertama adalah konsumen, terutama konsumen kelas bawah, karena pendapatan
mereka tidak bisa mengimbangi kenaikan harga barang. Kedua pihak-pihak
dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari importir sampai pengecer,
karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut. Ketiga adalah
para usahawan yang berorientasi pada pasar dalam negeri. Keempat
rakyat pekerja yang sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga
barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh
kenaikan harga alat-alat produksi impor, kenaikan nilai utang luar negeri dan
penyusutan pasar dalam negeri.
Namun Kemerosotan kurs Rupiah hingga nyaris
13,000 per Dolar beberapa hari belakangan telah menjadi berita terpanas
menjelang akhir tahun. Beragam faktor menjadi penyebab
kurs Rupiah melemah; diantaranya fundamental ekonomi Indonesia yang
masih rapuh serta sentimen regional Asia dan negara-negara berkembang yang
memburuk dan berakibat pada pelarian modal ke luar negeri.
1. Nilai Gaji Dalam Dolar AS Meningkat
Tanpa perlu dijabarkan sekalipun, fakta
ini sudah umum dipahami. Kurs Rupiah melemah membuat nilai gaji dalam bentuk
Dolar AS atau mata uang asing lainnya jadi meningkat saat ditukarkan dengan
Rupiah. Kiriman bulanan TKI sebesar 500 USD ke keluarganya di Indonesia,
misalnya. Saat kurs Rupiah 12,000 per Dolar AS maka jumlah itu hanya akan
setara dengan sekitar 6 juta Rupiah; tetapi bila kurs Rupiah melemah hingga
13,000 per Dolar AS maka nilainya akan meningkat jadi sekitar 6,5 juta Rupiah.
Ini dengan sendirinya akan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan keluarga Indonesia yang kebetulan kerabatnya
bekerja di luar negeri, sekaligus membuat makin banyak orang berkeinginan untuk
menjadi TKI.
2. Meningkatkan Daya Saing Produk Made In Indonesia di
Luar Negeri
Sudah umum diketahui juga bahwa dengan
kurs Rupiah melemah, harga produk Indonesia akan makin murah bagi konsumen yang
berdomisili di luar negeri. Secara teoritis, hal ini bisa meningkatkan pangsa
pasar bagi produk-produk Made In Indonesia. Selain itu, perusahaan
berorientasi ekspor menerima pembayaran dari luar negeri dalam bentuk Dolar AS
yang nilainya semakin tinggi seiring melemahnya Rupiah. Dengan sendirinya,
kondisi ini bisa meningkatkan ekspor Indonesia.
Meningkatnya daya saing produk Made
In Indonesia di luar negeri ini berpotensi memicu ekspor Indonesia dan
menguntungkan perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor jika biaya produksi
barang-barang ekspor itu sendiri bisa dijaga dalam kisaran normal dan produk
Indonesia disukai di luar negeri.
3. Harga Barang Impor Naik
Salah
satu dampak yang langsung terasa saat kurs Rupiah melemah adalah kenaikan harga
barang-barang impor. Sebagian besar perdagangan luar negeri Indonesia
dijalankan dengan perantaraan Dolar AS, sehingga mahalnya Dolar AS akan membuat
harga barang impor juga makin mahal. Apakah ini bagus?
Bagi barang-barang impor dari jenis barang konsumsi, mungkin bagus. Katakanlah harga buah-buahan impor naik, misalnya, maka orang mungkin akan tertarik untuk membeli buah-buahan lokal yang lebih murah dan segar. Jika masyarakat lebih suka buah lokal, maka impor buah pun akan turun. Pendapatan importir buah ikut anjlok, tetapi di saat yang bersamaan akan menggeser rejeki bagi petani dan pedagang buah lokal.
Namun, kenaikan harga barang impor ini akan buruk sekali bagi industri yang berbahan baku impor, misalnya industri Tempe dan Tahu. Kebutuhan kedelai Indonesia sebagian besar dipenuhi dari impor, sehingga bila kurs Rupiah melemah terus menerus, maka harga kedelai akan makin menjulang tinggi, dan dampaknya harga Tempe dan Tahu naik, serta industrinya terancam gulung tikar.
Bagi barang-barang impor dari jenis barang konsumsi, mungkin bagus. Katakanlah harga buah-buahan impor naik, misalnya, maka orang mungkin akan tertarik untuk membeli buah-buahan lokal yang lebih murah dan segar. Jika masyarakat lebih suka buah lokal, maka impor buah pun akan turun. Pendapatan importir buah ikut anjlok, tetapi di saat yang bersamaan akan menggeser rejeki bagi petani dan pedagang buah lokal.
Namun, kenaikan harga barang impor ini akan buruk sekali bagi industri yang berbahan baku impor, misalnya industri Tempe dan Tahu. Kebutuhan kedelai Indonesia sebagian besar dipenuhi dari impor, sehingga bila kurs Rupiah melemah terus menerus, maka harga kedelai akan makin menjulang tinggi, dan dampaknya harga Tempe dan Tahu naik, serta industrinya terancam gulung tikar.
Solusi
Solusi yang paling tepat menjaga nilai mata uang kita adalah investasi
emas. Kapanpun emas akan selalu stabil, walaupun pernah turun sesaat. Hal
tersebut bukan berarti harga emas tidak stabil. Untuk melakukan investasi
tentunya bukan di hitung dalam waktu yang singkat saja, tetapi investasi bisa
dikatakan benar – benar investasi kalau kita menghitung dalam jangka yang lama,
menjaga stabilitas harga dan mengamankan neraca perdagangan.
Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point.
Perlu segera diambil langkah-langkah fundamental dan struktural. Pengendalian rupiah, tak semestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan kredit yang bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus dilakukan adalah pengaturan cash flow nasional. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan relaksasi ketentuan untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran modal masuk (capital inflow).
Namun di sisi lain, Arif menegaskan ekspor harus didorong dan impor harus sangat dikendalikan. Produksi nasional, mutlak harus didongkrak, termasuk produksi sektor pertanian, serta industri perkapalan dan sektor kelautan. Agar impor pangan dan deficit neraca djasa bisa ditekan.
Kebijakan fiskal pemerintah harus disusun dalam kerangka mendorong ekspor.
Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point.
Perlu segera diambil langkah-langkah fundamental dan struktural. Pengendalian rupiah, tak semestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan kredit yang bisa berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus dilakukan adalah pengaturan cash flow nasional. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan relaksasi ketentuan untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran modal masuk (capital inflow).
Namun di sisi lain, Arif menegaskan ekspor harus didorong dan impor harus sangat dikendalikan. Produksi nasional, mutlak harus didongkrak, termasuk produksi sektor pertanian, serta industri perkapalan dan sektor kelautan. Agar impor pangan dan deficit neraca djasa bisa ditekan.
Kebijakan fiskal pemerintah harus disusun dalam kerangka mendorong ekspor.
Misalnya dengan menurunkan pajak ekspor dan promosi perdagangan agresif.
Sebaliknya untuk mengendalikan impor, pajak impor harus dinaikkan dengan
dimulai dari barang mewah.
Selain itu, adanya strategi pengembangan industri dan produksi nasional, terutama industri menengah dan kecil. Penciptaan lapangan kerja, realisasi anggaran, serta implementasi program pedesaan, UMKM, dan sosial, perlu dipercepat
Selain itu, adanya strategi pengembangan industri dan produksi nasional, terutama industri menengah dan kecil. Penciptaan lapangan kerja, realisasi anggaran, serta implementasi program pedesaan, UMKM, dan sosial, perlu dipercepat
SUMBER REFERENSI :