Film untuk Mereka yang Berani Hidup
”Nada untuk Asa”
Ini bukan kisah cengeng tentang pengidap HIV, virus mematikan yang dapat menurunkan kekebalan tubuh manusia. Sebaliknya, Charles justru ingin mengangkat keberanian orang-orang dengan HIV untuk menjalani hidup alih-alih memikirkan kematian.
Film berbalut percintaan ini dikemas Charles dengan alur cerita drama, namun tetap mampu menyampaikan pesan kemanusiaan dengan gamblang tanpa menggurui. Nada (Marsha Timothy) adalah seorang anak mantan hakim agung yang berpuluh tahun mengalami pengucilan oleh keluarganya sendiri karena terkena HIV.
Awalnya, kehidupan begitu sempurna bagi Nada. Ia memiliki tiga anak dari suaminya, Bobby (Donny Damara), yang punya karier mapan. Tragedi muncul ketika Bobby meninggal dan Nada menemukan fakta bahwa suaminya itu meninggal bukan karena kanker.
Bobby meninggal karena terinfeksi HIV sampai tahap mengalami kerusakan parah pada sistem kekebalan tubuh atau dikenal sebagai acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Nada tentu saja tertular oleh Bobby, demikian juga Asa, bayi yang baru beberapa bulan dilahirkan Nada.
Dengan teknik paralel, Charles membeberkan kisah yang dialami Nada dan Asa setelah dewasa (Acha Septriasa). Secara bergantian, plot adegan bergantian antara perjalanan hidup yang dialami Nada setelah dikucilkan keluarganya dan jalan hidup Asa sebagai remaja positif HIV.
Sejak awal film, plot ganda ini sudah disejajarkan. Benang merahnya adalah nama Asa dan latar belakang zaman yang berbeda, meski yang terakhir ini tidak terlalu tampak. Charles hanya meletakkan beberapa benda interior di rumah dari masa 1980-an dengan gaya berpakaian masa itu yang sebenarnya juga masih menjadi inspirasi mode zaman sekarang.
Bergantian, Charles menggambarkan bagaimana Nada yang berupaya mencari dukungan keluarganya setelah ia tahu terkena HIV. Namun, Nada yang terpukul malah dikucilkan kakaknya (Inong Nidya Ayu) dan ayahnya (Mathias Muchus). Kedua anak Nada diambil kakaknya, sedangkan Nada hanya boleh mengasuh Asa karena sama-sama memiliki HIV.
Charles merangkai satu per satu potongan puzzle kehidupan Nada. Dari potongan itu, penonton diajak menelusuri dari mana datangnya keberanian Asa sehingga ia mampu melewatkan masa remaja dan dewasanya dengan sikap selalu optimistis.
Asa yang bercita-cita menjadi ahli membuat kue tidak putus asa ketika kue-kue yang dibuatnya tidak laku dijual karena para pembeli takut tertular. Asa juga tidak takut mengakui dirinya positif HIV kepada orang-orang yang baru dikenalnya, termasuk Wisnu (Darius Sinathrya), pemuda yang jatuh hati kepadanya.
Optimistis Asa selalu optimistis meski perlakuan masyarakat terhadap orang seperti dirinya buruk. Bersama komunitas Positif, berisi orang-orang dengan HIV dan para relawan, Asa gencar mengampanyekan kepedulian terhadap sahabat yang positif HIV.
Pertentangan muncul ketika Asa kemudian benar-benar jatuh cinta kepada Wisnu. Ia takut Wisnu hanya memberikan harapan karena suatu saat Wisnu pasti akan tertular. HIV menular melalui hubungan seksual dan pertukaran darah.
Untuk mengetuk hati penonton, Charles tidak hanya merangkai cerita dengan indah, namun juga mengajak musisi Pongki Barata untuk menggubah lagu latar film ini. Pongki mengatakan, salah satu lagu yang ia andalkan adalah ”Aku Milikmu Malam Ini”. Lagu yang pernah dipopulerkan Iwan Fals itu kini dinyanyikan Acha. ”Penyanyinya harus perempuan karena ini berkisah tentang perempuan,” ujar Pongki saat hadir dalam acara pemutaran perdana Nada untuk Asa.
Sebelumnya, kisah Nada untuk Asa ini pernah dipentaskan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, September tahun lalu. Pentas musikal itu memasang nama Ria Probo dan Dona Arsinta. Baik pentas teater maupun film ini diadaptasi dari novel karya Ita Sembiring berjudul sama.
Charles mengatakan, film ini dibuat setelah ia terinspirasi kisah nyata yang dibeberkan seorang ibu pengidap HIV di sebuah acara televisi. Ibu itu mengupas perjuangannya membesarkan anak di tengah terpaan label buruk yang menempel pada dirinya.
Film ini diproduksi oleh Magma Entertainment bekerja sama dengan Keuskupan Agung Jakarta yang memiliki wadah Komunitas Sahabat Positif HIV. Seluruh hasil penjualan film ini, menurut Charles, akan disumbangkan kepada Komunitas Sahabat Positif HIV.
sumber : www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar